Artikel

Asas Yang Digunakan Dalam Perselisihan Hubungan Industrial

17Views

Asas Yang Digunakan Dalam Perselisihan Hubungan Industrial

Dalam perselisihan hubungan industrial, asas hukum yang digunakan tidak hanya berasal dari hukum ketenagakerjaan semata, tetapi juga meminjam asas umum dalam hukum perdata, hukum acara, bahkan hukum administrasi negara.

Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Asas Perlindungan

Makna: Negara wajib memberikan perlindungan terhadap pekerja/buruh sebagai pihak yang secara posisi ekonomi dan tawar sering lebih lemah dibanding pengusaha.

Implementasi:

Putusan hakim atau mediator mempertimbangkan kepentingan pekerja agar tidak dirugikan secara tidak proporsional.

Contoh: PHK tanpa pesangon dapat dibatalkan jika tidak sesuai UU No. 13 Tahun 2003 jo. UU No. 6 Tahun 2023 (Cipta Kerja).

2. Asas Keseimbangan

Makna: Hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha harus berjalan seimbang.

Implementasi:

Tidak hanya melindungi pekerja, tetapi juga memberikan kepastian dan keadilan bagi pengusaha.

Contoh: Jika pekerja melanggar aturan kerja berat, pengusaha berhak memberi sanksi sesuai prosedur.

3. Asas Keadilan

Makna: Keputusan atau penyelesaian perselisihan harus memberikan rasa adil bagi kedua pihak.

Implementasi:

Hakim PHI atau mediator menilai proporsionalitas hukuman, kompensasi, dan tanggung jawab.

Contoh: Perhitungan kompensasi PHK disesuaikan masa kerja, bukan semata-mata tuntutan sepihak.

4. Asas Kepastian Hukum

Makna: Semua pihak terikat pada peraturan perundang-undangan dan perjanjian kerja/perjanjian kerja bersama (PKB).

Implementasi:

Hakim mengacu pada UU Ketenagakerjaan, PKB, Peraturan Perusahaan (PP).

Putusan tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

5. Asas Itikad Baik

Makna: Para pihak wajib bernegosiasi, berunding, dan menyelesaikan perselisihan secara jujur dan terbuka.

Implementasi:

Dalam perundingan bipartit, kedua pihak tidak boleh memanipulasi data atau fakta.

Asas ini juga tercermin dalam kewajiban menyelesaikan sengketa melalui bipartit sebelum melangkah ke mediasi/PHI.

6. Asas Musyawarah untuk Mufakat

Makna: Penyelesaian diutamakan dengan cara damai melalui perundingan bipartit.

Implementasi:

UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mewajibkan bipartit sebelum ke pengadilan.

Hasil perundingan dibuatkan perjanjian bersama yang mengikat.

7. Asas Non-Discrimination

Makna: Tidak boleh ada pembedaan perlakuan terhadap pekerja karena suku, agama, ras, jenis kelamin, atau pandangan politik.

Implementasi:

Sengketa terkait diskriminasi kerja akan dinilai berdasarkan prinsip kesetaraan hak.

8. Asas Pacta Sunt Servanda

Makna: Perjanjian yang telah disepakati (PKB atau Perjanjian Kerja) berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.

Implementasi:

Jika PKB mengatur hak cuti lebih dari UU, maka ketentuan itu wajib dihormati.

9. Asas Audi et Alteram Partem (Dengar Kedua Belah Pihak)

Makna: Dalam penyelesaian perselisihan, kedua pihak diberi kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat dan pembelaannya.

Implementasi:

Hakim PHI wajib memanggil dan mendengar keterangan kedua pihak sebelum memutus perkara.

10. Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

Makna: Proses penyelesaian harus dilakukan tanpa berlarut-larut dan dengan biaya yang terjangkau.

Implementasi:

UU No. 2 Tahun 2004 mengatur tenggat waktu penyelesaian di setiap tahap (bipartit, mediasi, PHI).

Ringkasan Hubungan Antar-Asas

Perlindungan & Keseimbangan → Menjamin posisi pekerja dan pengusaha tetap adil.

Kepastian Hukum & Keadilan → Memberi putusan yang pasti sekaligus adil.

Itikad Baik & Musyawarah → Mengutamakan damai sebelum konflik masuk pengadilan.

Tim Monitoring dan Evaluasi SPKA

Tinggalkan Balasan

four × 5 =